Blog kepenulisan

Rabu, 19 Desember 2018

Foto lomba mading




Share:

Tulislah yang baik

Jika perasaanmu sedang sangat sedih, menulislah yang indah-indah. Tetapi saat bahagia, tulislah kesedihanmu, lalu bangkit dan berjalan menuju masa depan yang lebih baik. Maka saat di ujung sukses kau diberi anugerah oleh penguasa alam umtuk bisa mampu merasakan segala di situlah kau akan tahu bahwa sedih dan gembira tak ada sekat. Ia hanya melewati hatimu setiap saat menuju rumahnya.

Riami, 19 Desember 2018
Share:

Rabu, 13 Juni 2018

GETAR UJI

Getar uji dalam laku
Semakin dekat dengan lulus
Share:

Jumat, 01 Juni 2018

karya Ke-3 ku

Ini kumpulan puisi juga karya ketigaku
Share:

Pondok Romadhon -Cerpen Event ke 32



#Event_1_karya_1_hari_dalam_30_hari
#JisaAFTa
Karya ke-32

PONDOK ROMADHON
Karya: Riami

          Tasku isinya alquran, buku tagihan doa, dan beras untuk zakat fitrah. Ibuku selalu mengajari aku untuk sholat. Tapi aku sering berbohong padanya. Kalau pulang sekolah ditanya sudah sholat Ahmez? Aku selalu bilang sudah di sekolah. Padalal aku sering tidak mengikuti sholat. Bahkan melompat pagar saat akan diadakan sholat berjamaah di sekolah. Kemarin poinku di buku tatib sudah 85, sudah dipanggil ke BK untuk mendapat pembinaan dengan wali kelas. Ah kalau aku sering melanggar lagi pasti orang tuaku dihadirkan ke sekolah seperti teman-temanku yang lain yang pernah melanggar. Kulihat sorot mata ibu begitu tajam menghujam di dada. “Ahmez, nanti kalau pondok romadhon jangan mengecewakan ibu. Kan di rumah sudah ibu ajari. Sebagian yang belum lancar tolong dihafalkan lagi di sekolah. Jangan kabur dari sekolah ya nak. Saya dengar ada anak-anak yang kabur dari sekolah dan ibunya dihadirkan. Doa-doa yang kau pelajari dan juga sholat adalah untuk kepentingan diri sendiri agar semakin dekat dengan Tuhan.” “Iya bu,” jawabku dengan manatap tangan ibu sambil bersalaman hendak berangkat sekolah.

          Seperti biasa aku melintasi rumah Tio kalau hendak sampai di sekolah. Tio sudah mencegatku di jalan. “Yuk game online.” “Ah hari ini jadwal pondok romadhon,” sergahku. “Allaaa tumben kamu ikut kegiatan sekolah. Sepertinya sudah beberapa minggu ini kamu gak ikut ekstra ngaji juga.” “Ya, tapi kali ini aku mau ikut.” “Ini kan hari pertama nanti hari kedua dan ketiga ikut. Ayoolah jangan tolak ini game terbaru. “Ayolah.” Ternyata dengan rayuan maut Tio aku tergoda. Yang semula ingin ke sekolah mengikuti pondok romadhon aku jadi ikut Tio bermain Game di kampung perumahan sebelah sekolah. Sepeda di parkir di depan tempat. Masuk satu ruang sama Tio. Hampir satu jam Tio dan Ahmez bermain games.

          Suasana di sekolah. Bacaan tadarus siswa yang sudah lancar membaca alquran terdengar begitu membuat haru. Beberapa siswa kelihatan berkelompok ada yang menghafal dan disimak oleh guru, ada yang menunggu giliran di simak dan ada yang masih intensif menghafal. Sekolah di SMP Sakinah ini memang beda. Setiap hari pun meskipun tidak pondok romadhon juga dibiasakan solat dhuhur berjamaah. Setiap pagi membaca surat Yasin dan Al Mulk. Bedanya sekarang hanya kegiatan keagamaan karena pondok romadhon selama seminggu ke depan. Bu Etty guru agama nampak mengabsen siswa yang mengikuti kegiatan. Dilihat di kelas VIII B Ahmez tidak masuk dan di VIII C Tio, mereka tanpa keterangan semua. Segera Bu Etty selaku penanggung jawab kegiatan langsung menelepon orang tua siswa.

          “Hallo, assalaamualaikum.” “Walaikum salam.” “Maaf saya bu Etty guru agama SMP Sakinah, sekarang ada kegiatan di sekolah yaitu pondok romadhon, kenapa Ahmez tidak masuk?” “Lho masuk bu tadi berangkat. Bagaimana tho akakku ini.?” “Ya bu mohon maaf kalau mengganggu karena Ahmez tidak ada di sekolah sejak pagi tadi.” “Baik bu akan saya cari.” Jawab ibunya Ahmez seperti hendak menangis suaranya. Semua nomor telepon temannya di hubungi. Tapi teman satu kelasnya tidak ada yang tahu. Karena mereka masuk semua. Jadi tidak ada yang menjawab. Sebab di sekolah Sakinah tidak boleh membawa Hp. Ada yang orangtuanya menjawab tapi juga begitu jawabannya tidak tahu. Ningsih ibunya Ahmez sangat ketakutan. Pasti nanti kalau ayahnya tahu ia juga kena marah. Akhirnya ia putuskan mencarinya. Di selusuri dulu tempat bermain game online dekat rumahnya terlebih dahulu. Tak ditemukan juga Ahmez.

          Setelah keliling kampung mencari Ahmez tak ditemukan ia ke sekolah. Sampai di dekat masjid sekolah ia menangis. Ia berdoa pada Tuhan. Ya Alloh lindungi anakku Ahmez di mana pun berada. Berikan hidayah agar mampu mempelajari agamaMu dengan tulus terutama kegiatan di sekolah ini. Ampuni dia kalau dia punya salah ya Alloh. Lalu dia bertanya pada Tata Usaha sekolah. Siapa saja yang tidak masuk hari ini dan minta nomor teleponnya. Mereka semua juga tidak tahu kalau anaknya tidak masuk sekolah. Ah rasanya seperti teriris hati ibunya karena ulah Ahmez. Tapi ibunya Ahmez adalah orang yang tabah dan senantiasa mendoakan anaknya yang baik-baik. Ia pernah membaca buku tentang faedah doa orang tua yang sangat mahbul untuk anaknya. Dan tidak ada yang menghalanginya. Di doakanlah anaknya selesai sholat dhuhur di sekolah. Ia tetap mendoakan Ahmez mendapat hidayah dan bisa menyelesaikan sekolahnya dengan baik, tanpa ada yang menggaggu dan barokah ilmunya. Meski dalam hatinya sangat iri melihat anak-anak yang masuk sekolah hari ini begitu rajinnya dan antusias. Air matanya meleleh jatuh di mukenah yang ia gunakan.

          Selesai solat pun ia pamit pulang. Ada rasa malu dan marah dalam hatinya sebenarnya. Tapi ia tetap istigfar dan mendoakan anaknya. Ia pulang tetap masak seperti biasa. Hari ini malah masak kesengan Ahmez. Martabak dan nasi goreng spesial. Ada ayam, ada telurnya. Dibuatkannya juz apukat kesukaannya Ahmez. Ahmez memang anak satu-satunya. Jadi ia selalu menyayanginya.
                  
****  *****  *****

          Siang saat pulang sekolah. Ahmez pulang juga ke rumah. Salaman sama orang tuanya. Sebenarnya ibunya ingin sekali memarahinya. Tapi ini bulan puasa.  Ditahannya marahnya hingga ashar. Ketika sholat ashar mau marah ditahannya hingga magrib. Saat buka puasa terlihat Ahmez sangat menikmati hidangan yang diberikan ibunya. Bertolak belakang dengan perasaan ibunya. Ningsih melihat anaknya begitu sedih. Tak terasa ia mengeluarkan bulir bening di pipinya. Dan Ahmez pun menyaksikan ibunya menangis. “Kenapa Bu? Kenapa ibu menangis? Ada masalah apa?” “Ada masalah dengan Bu Guru di sekolahnya Ahmez. Tadi ibu ke sekolah Ahmez ternyata kamu tidak ke sekolah ya. Kamu juga sering keluar lebih dulu sebelum jam sekolah usai. Yang membuat ibu hari ini sangat sedih jugakamu pernah kabur melompat pagar sekolah saat akan diselenggarakan  solat dhuhur berjamaah di sekolah. Dan hari ini mestinya kamu hadir untuk acara pondok romadhon mengapa kamu kabur dan tidak ikut sekolah Ahmez?” melihat ibunya menangis Ahmez timbul rasa ibanya. “Ini demi kamu sendiri nak. Bukan demi ibu. Ibu ingin saat kau dewasa mengerti tentang ajaran agama dengan benar. Sehingga kau tidak salah dalam melangkah mengarungi hidup kelak. Agama adalah kendali nafsu manusia. Coba perhatikan ketilka kamu berwudhu pagi meski dingin tapi badan kita jadi segar pikiran kita jadi dingin. Dengan agama pula kita belajar sopan santun dan kasih sayang. Kenapa ibu tidak memukulmu karena ibu menganggap kau bukan hewan. Kau manusia yang punya hati dan persaan sehingga denga kata-kata saja ibu harap kau mengerti.” “Mengerti bu.” Ahmez menjawab dengan tetesan air mata.

Tiba-iba Ahmez merasa berdosa. Ada yang menarik jantungnya rasanya sesak. Kenapa dia berani berbohong pada ibu dan sekolah. Aku tak kan memyalahkan Tio yang mengajaknya bermain. Ia menyalahkan diri sendiri yang tidak memiliki pendirian. Ia mau saja diajak temannya ke hal-hal yang salah. “Maafkan Ahmez Bu. Ahmez telah berbohong pada ibu.” Ahmez merangkul ibunya. Tangis mereka pecah di malam itu. “Baik, besuk ibu antar Ahmez Ahmez ke sekolah. Ibu juga akan menjemputmu. Jadi kau tidak boleh berangkat dan pulang sendiri sampai ibu benar-benar yakin bahwa kamu sekolah.” “Iya bu Ahmez bersedia di antar jemput.”

*** ***  ***  ***  
Pagi hari Ahmez dan ibunya berangkat sekolah. Ahmez dibonceng oleh ibunya. Meski ini sebenarnya sudah tidak begitu patut karena sudah kelas delapan dan jarak sekolah cukup dekat. Tapi karena ini demi kebaikan Ahmez selanjutnya ibunya melakukan ini semua. Sepeda sudah diparkir dekat Masjid sekolah. Ahmez diantar sampai pintu masjid. Suara Ustad mulai memberi salam. “Assalaamu-alaikum warohmatullohi wabarookaatuh. Pagi ini saya akan menyampaikan materi tentang kejujuran. Jujur itu berat-berat ringan. Berat bagi mereka yang terbiasa berbohong. Mereka yang suka berbohong hatinya ditutup oleh Tuhan. Sehingga terasa sulit untuk melakukan kejujuran. Seusia kalian adalah pondasi untuk berfikir bersih di era ke depan. Jika mulai sekarang kamu tidak bisa jujur, misalnya bayar buku harganya lima belas ribu kamu ngomong ke ibumu duapuluh lima ribu. Yang lima belas tuk bayar buku yang sepuluh masuk kantong baju. Kebiasaan seperti inilah yang akan lama-kelamaan membuat hatimu keras. Karena kamu sudah sejak kecil sudah latihan korupsi dan yang kamu korupsi adalah uang orang tua sendiri yang notabene setiap hari hartanya sudah diiklaskan untuk kalian sejak bayi.

Bohong selanjutnya yang sering kalian lakukan adalah kamu kadang berangkat berpamitan ke sekolah. Tetapi sampai di jalan tidak melanjutkan perjalanan ke sekolah melainkan ke tempat lain yang tidak ada manfaatnya. Betul kadang kita perlu bermain untuk refresing tetapi tidak perlu berbohong kan? Sebaiknya kamu masuk sekolah sungguh-sungguh. Kalau mau bermain pamit dulu setelah pulang dari sekolah. Dan lakukanlah jangan terlalu lama. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat buat orang lain. Bagaimana kamu bisa bermanfaat buat orang lain jika untuk diri sendiri belum bisa memberikan manfaat. Tidak sadarkah kamu saat kamu bolos sekolah kamu telah berbuat tidak jujur pada diri sendiri, sekolah dan orang gtua. Hal itu juga telah mengianati negara yang sudah memberikan bantuan pendidikan berupa dana Bos terhadap kalian. Selanjutnya kamu merugikan orang tua yang dengan susah payah mencarikan biaya untuk sekolah. Yang lebih berat lagi kamu telah mengingkari nikmat Tuhan berupa kesehatan dan waktu yang diberikan Tuhan tidak kamu gunakan sebaik-baiknya untuk belajar. Barang siapa yang tidak bersyukur sungguh azab Alloh amat pedih.

Untuk itu di bulan yang penuh berkah ini, bulan suci Ramadhon mari kita mulai berbuat jujur agar kita selamat dunia dan akhirat. Yang sudah pernah berbuat tidak jujur pada orang tua dan guru sebaiknya segera minta maaf dan tidak mengulangi lagi. Demikian yang saya sampaikan semoga bulan penuh berkah dan dalam acara pondok romadhon ini hati kalian dibuka oleh Alloh dan mendapat cahaya ilmu. Mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan wassalaamu-alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.

Acara ditutup oleh group hadrah dengan lagu Yaa Asiqol Mustofa. Sungguh menyentuh jiwa Ahmez. Serasa lagu ini menggerus jiwanya. Dilanjutkan lagu berjudul Ibu. Ah lagu ini membuat wajah menangis ibuku menikamku. Bisik Ahmez dalam hati. Ia berjanji tidak akan mengulangi lagi kenakalannya kemarin-kemarin. Benarkah Ahmez mendapat hidayah melalui pondok romadhon ini. Semoga. 
Share:

puisi event 37-47



#Event_1_hari_1_Puisi_dalam_100_hari
#JisaAfta
Puisi ke-37  tahap-2

Al Kabiir

Sampai di ujung mana kebesaranMu
Aku yang bodoh tanpa karuniamu
Tanganku menuliskan setitik ilmu dariMu
Engkau menganugerahkan kebaikan untukku

Seluas apa ujung dunia, yang kutahu hanya setitik
Aku tak bisa mengukur luasMu
Aku tak tahu sebesar apa diriMu
Indra perabaku tak bisa rasakan kasar dan lembutMu

Yaa Kabiir pada kuasaMu aku serahkan segala urusan yang aku tak mampu
Mendera langkahku mengunci syukurku
Aku berlindung dari rasa tak menghayati Al KabiirMu

Al Kabiir.....Al Kabiir....Al Kabiir
Tangisku jatuh berserakan di daun-daunMu
Di sajadah pada malam purnama tiba
Saat wahyuMu turun ke dunia menepuk bahu lukaku

Al Kabiir.... pada kuasa kebesaranMu aku senantiasa rindu genggamMu yang tak pernah lepas dari kebesaranMu
Hatiku meringkuk merindukanMu dalam titik bumi yang terkecil di hadapanMu

Ria, 1 Juni 2018

#Event_1_hari_1_Puisi_dalam_100_hari
#JisaAfta
Puisi ke-38  tahap-2

Al Hafizh

Al Hafizh
Engkau pelihara ubun-ubunku
Engkau pelihara nafasku, jantungku, paru-paruku...
Engkau pelihara tangisku padaMu
Hingga tak tumpah sembarangan di bumiMu
Engkau pelihara mataku
Hingga terlindungi dari keburukan penglihatanku

Al Hafizh....AlHafizh....Al Hafizh
Ampuni aku
Kadang aku aku masih merasa khawatir
Terasa tak dalam dekapMu

Al Hafizh....
Engkau menjaga hatiku dari sampah-sampah resah
Menghancurkan penghalang hatiku padaMu
Al Hafizh.....Al Hafizh....Al Hafizf
Dalam gemuruh gundah mengguncang jiwa aku menyebut namaMu
Di relung sukmaku
Dalam hatiku
Di jiwa sunyiku kau sentuh dengan Al HafizhMu
Hingga kuterbangun dari tidur tanpa namaMu

Ria, 1 Juni 2018


#Event_1_hari_1_Puisi_dalam_100_hari
#JisaAfta
Puisi ke-39  tahap-2

Al Muqiit

Al Muqiit ......
Dalam dera jiwa manusia yang belum membaca Al Muqiit
Meski tangan terhitung dua dan sehat
Kaki gagah perkasa
Mata berbinar menatap keindahan
Tetap belum merasa cukup

Al Muqiit....
Engkau maha pemberi hidayah raya syukur dan cukup di hati kami
Cukupkanlah jiwa kami dengan nikmat yang luas dan maha cukup ini

Sebab jika hati kami jauh dari sifat Al Muqiit
Hati terasa pilu dan sesak
Nafas kami tersengal
Hati kami terisak pilu

Yaa Muqiit hamba mohon jangan hapuskan nama ini di hati kami
Agar kami senantiasa bersyukur
Merasa Engkau cukupi hidup kami
Al Muqiit bermukim pada jiwa yang senantiasa mensyukuri nikmat
Hatinya berjalan mengikuti putaran waktu
Bertasbih dalam dekap rasa
Berdzikir dalam kerja kerasnya

Al Muqiit....
Menginspirasi jiwa yang tenang
Bergulir mengikuti angin
Berpindah mengikuti niat kebaikan
Al Muqiit anugerahkan kepada kami kecukupan hidup di dunia dan akhirat

Bersama Al MuqiitMu
Kami tak pernah takut
Berjalan di belantara rasa
Mengukir jejak dalam jalan setapak
Mendayung perahu di lautan hikmah

Ria, 1 Juni 2018





#Event_1_hari_1_Puisi_dalam_100_hari
#JisaAfta
Puisi ke-40  tahap-2

Al Hasiib

Maha pembuat perhitungan
Berapa liter darah dalam badanmu
Berapa kadar airnya
Berapa detak nadimu
Bahkan nadinya kuman yang tak tampak oleh penglihatanku amat tepat takaranya

Al Hasiib.....
Tiada meleset hitunganNya
Dalam takaran waktu berapa bulan manusia butuh panas, butuh redup, butuh hujan bahkan butuh hampa dalam ruang

Al Hasiip....Al Hasiip....Al Hasiip
Aku berlindung dari kezaliman yang kubuat pada orang lain
Aku juga bersembunyi di balik sifat Al HasiibMu dari orang-orang yang menzalimiku
Engkau maha menyelesaikan urusan dalam detik waktu yang tak bisa kuukur

Al Hasiib.....Al Hasiib...Al Hasiib
Takaran ujianMu adalah kejutan buat jiwa mungilku
Takaran nikmatMu adalah anugerah terindah dalam sempitku
Menangis pada Al HasiibMu aku begitu malu tapi merindu setiap detik uji yang kau berikan

Ria, 1 Juni 2018
(Di Balik Keindahan NamaMu)

#Event_1_hari_1_Puisi_dalam_100_hari
#JisaAfta
Puisi ke-41  tahap-2

Al Jaliil

Dalam keluhuranMu mencipta bumi penuh keindahan
Penuh kedamaian dalam masanya
Penuh ketengan dalam airnya
Memindah siang menjadi malam dengan santun lewat senja

Wahai Al Jaliil
Engkau maha memiliki keluhuran
Mendatangkan hujan dengan mendungnya
Menciptakan kantuk dengan tanda menguap

Al Jaliil....Al Jaliil....Al Jaliil
Ajari aku keluhuran budi dengan kehalusan bahasa
Memarahi lewat ujian dan kemulyaan
Tanpa merendahkan makhluk yang diciptakannya

Al Jaliil.....
Ketika aku marah Engkau menuntunku dengan istiqfar
Ketika aku gembira Engkau mengajariku alhamdulillah
Ketika aku bersedih, menyayat pilu di hati nan syahdu
Engkau membisikkan innalillah..laa tahzan innalloha maa ana
Kembalilah pada Tuhanmu...jangan bersedih Aku bersamamu

Al Jaliil....Al Jaliil...Al Jaliil.....
Menepuk jiwa-jiwa kasarku dengan ajaran zikir
Mengelus resahku dengan nikmat dan anugerah
Hatiku berserakan
Jiwaku mengukir kesedihan di Dalam Al JaliilMu semua melebur dan terjaga

Ria, 1 Juni 2018
(Di Balik Keindahan NamaMu)


#Event_1_hari_1_Puisi_dalam_100_hari
#JisaAfta
Puisi ke-42  tahap-2

Al Kariim

Al Kariim memberiku jantung tanpa kupinta
Memberiku hati dengan iklas
Memberiku oksigen dengan murahnya
Tidak pilih kasih
Semua berhak bernafas dalam naunganNya

Al Kariim... Engkau pemurah yang maha pemurah
Kau curahkan air di bumi untuk kepentingan manusia
Daun-daun hijau menari dalam jiwa
Langit membiru syahdu membahana
Gunung menjulang penuh emas
Lautan biru penuh ikan dan mutiara

Semua kau berikan pada kami secara Cuma-Cuma

Al Kariim....Al Kariim....Al Kariim
Kau tak pernah datang menagih rekening udara
Tak pernah mencatat berapa besar panas matahari yang telah kuhabiskan
Bahkan berapa juta sel dalam tubuhku engkau tak pernah pasang tarifnya

Al Kariim....Al Kariim....Al Kariiim
Memberikan kebutuhan manusia dan semua mkhluk dengan sifat maha pemurahNya

Ria, 1 Juni 2018
(Di Balik Keindahan NamaMu)









#Event_1_hari_1_Puisi_dalam_100_hari
#JisaAfta
Puisi ke-43  tahap-2

Ar Raqiib

Maha mengawasi setiap gerak makhluknya
Tanpa CCTV
Tanpa penglihatan seperti layaknya manusia
Ia tahu tanpa alat
Ia mengetahui dan mengamati setiap gerak makhluknya

Ar Raqiib.... Ar Raqiib....Ar Raqiib
Dengan keyakinan Engkau memiliki Ar Raqiib
Membuat jiwa-jiwa takut pada kejahatan diri
Membuat hati takut terbesit  menyelipkan harta orang lain untuk diri sendiri
Membuat manusia bisa takut untuk korupsi

Ar Roqiib....Ar Roqiib....Ar Roqiib
Membuat hati manusia penuh kasih
Membuat pencuri takut melakukan aksi
Membuat diri takut mencaci sebab merasa diawasi oleh pemilik bumi dan langit

Ar Raqiib......
Jadikan aku manusia penakut di hadapanMu
Hingga mampu kujaga sikap dan tingkahku
Pada manusia apalagi padaMu

Ar Raqiib.....
Peredaran matahari, bulan dan bintang
Bahkan seluruh planet di langet dan di bumi dalam genggamMu
Apalagi yang diragu
Engkau Ar Raqiib dalam kalbu-kalbu

Ria, 1 Juni 2018
(Di Balik Keindahan NamaMu)




#Event_1_hari_1_Puisi_dalam_100_hari
#JisaAfta
Puisi ke-44  tahap-2

Al Mujiib

Dalam munajat mengajukan permohonan
Atas keinginan yang menari dalam hati
Membara dalam dada
Berharap sebuah takdir mengabulkan
Jika yang kau harap
Tak sepadan dengan keinginan Tuhan
Karena Dia maha tahu kepentinganmu sekadar apa dan sebesar apa

Dalam denting waktu kita sering berharap
Semua doa kan terjawab
Kadang kita lupa
Bahwa semua ada waktunya seperti bayi dalam kandungan
Jika dipaksa lahir sebelum waktunya
Maka prematur namanya

Alloh maha Tahu kapan harapku dan harapmu dikabulkan
Mengunci segala arah untukmu
Menabur segala harap padaku
Semua atas kehendak Al MujiibMu

Al Mujiib....Al Mujiib.....Al Mujiib
Berikan aku keyakinan terkabulnya harap kebaikan
Berikan aku kesabaran dalam denting waktu yang kau janjikan
Pasti kan datang kepastian sebuah doa kan terjawab
Al Mujiib.....Al Mujiib....Al Mujiib
Maha mengabulkan doa
Karena itu hamba mohon terkabulnya segala doa kebaikan
Mengalir dalam jiwa yang menunggu kepastian

Ria, 1 Juni 2018
(Di Balik Keindahan NamaMu)


#Event_1_hari_1_Puisi_dalam_100_hari
#JisaAfta
Puisi ke-45  tahap-2

Al Hakiim

Kurasakan kebijakanMu dalam setiap keputusanMu
Dalam perbedaan durasi waktu yang kau berikan pada setiap tempat
Pada perbedaan tinggi rendah postur tubuh
Perbedaan pangkat dan jabatan adalah bentuk kebijakanMu dalam menakar kemampuan

Al Hakiim.....
Kau beri kami perbedaan warna kehidupan
Sehingga kami bisa saling belajar
Kau beri kami perbedaan masalah sehingga bisa saling mengkaji kehidupan
Kau beri kami perbedaan derajat
Untuk saling menghormat
Kau beri kami berbeda gender untuk saling mencinta

Al Hakiim.... Al hakiim....Al Hakiim....
Perbedaan siang dan malamMu
Perbedaan matahari dan bulan
Perbedaan bumi dan langit
Mengunci hati kami untuk senantiasa takhluk pada kebijakanMu

Ria, 1 Juni 2018
(Di Balik keindahan NamaMu)










#Event_1_hari_1_Puisi_dalam_100_hari
#JisaAfta
Puisi ke-46  tahap-2

Al Waduud

Ketika hatiku bersengketa dengan keadaan
Jiwaku meronta mencari Al WaduudMu
Mengitari alam KasihMu
Dalam pusara malam aku berjalan menemukan waktu untuk bisa jumpa dalam Al WaduudMu

Kadang aku salah persepsi bahwa hadirMu saat aku bahagia saja
Atau bahkan kuharap saat sedih saja
Bahkan aku lupa saat tak merasa apa-apa
Padahal Al WaduudMu hadir setiap saat
Mendekap rasa

Engkaulah yang membuat aku sedih agar tak melupakanMu
Engkau yang membuat aku bahagia dalam rentang waktu yang Kau ingin agar semua rasaku teruji
Dan kau diam dalam relung rasa ketika aku tak berasa apa-apa dalam kasihMu

Al waduud.....Al Waduud....Al waduud
Engkau maha pengasih dalam segenap jiwa
Pemberi kasih yang tak pilih kasih
Pelepas kasih yang tak pandang pilih

Al Waduud.....
Tetapkan aku dalam kasih sejatiMu sampai akhir hayatku
Yaitu tetap bersamaMu dalam suka dan lara

Ria, 1 Juni 2018
(Di Balik keindahan NamaMu)



#Event_1_hari_1_Puisi_dalam_100_hari
#JisaAfta
Puisi ke-47  tahap-2

Al Waasi’

Engkau maha luas KasihMu
Engaku maha luas IlmuMu
Maha luas karuniaMu
Membentang di seluruh langit dan bumi

Melebihi kecepatan deret hitung
Lebih luas dari deret ukur
Sebab hitungMu dan ukurMu maha banyak dan luas

Al Waasi’....
Memberi jalan keluar setiap masalah yang disajikan
Memberi kunci pada pintu-pintu rahmat
Memberi jalan pada kebuntuan-kebuntuan

Al Waasi’.....Al Waasi’.....Al waasi’
Menghamparkan kesempitan menjadi keluasan rizki yang tiada tara
Meluaskan pikir bagi yang dikehendakinya

Ria, 1 juni 2018
(Di Balik keindahan NamaMu)
Share:

Advertisement

BTemplates.com

Elegant Themes

Advertisement

Popular Posts