Blog kepenulisan

Minggu, 12 Desember 2021

Nama penulis Tafsir Lamun

Assalaamualaikum
Berhubung ada beberapa sahabat yang namanya ada 2 di biodata, maka mohon dituliskan nama yang nanti diajukan kepada penerbit untuk mendapatkan sertifikat.
1. Riami
2. Anisah, M.S.I
3. Iis Singgih
4. Ruangyu Litatya
5. Christya Dewi Eka
6. Nur Hidayati
7. Udi Hariati
8. Levi Suwartono 
9. Rahmi Fazriah, S.I.P.
10. Atun Flurrianti
11. Dwi Candra 
12. Mohammad Iskandar

Silakan di lanjut nggih🙏
Terima kasih
Share:

Senin, 06 September 2021

Kamis, 02 September 2021

Titipan sebagian perjuangan, untuk Motivasi Putra-Putriku

Aku titipkan ini di sini bukan untuk riak atau kesombongan, agar kelak ketika suatu masa aku sudah tua Lalu tidak ada di dunia, ini adalah penyemangat buat putraku bahwa hidup harus berjuang. Lalu menyerahkan hasilnya kepada Tuhan. Juga jangan lupa berterima kasih kepada Allah, semua atas kehendak-Nya. 


Jangan lupa orang yang sudah membuatmu bisa mencapai cita cita. Terima kasih kepada orang tua yang telah menghadirkan aku ke dunia, dan merawatku. Kepada keluargaku yang sudah memberiku ruang untuk berkarya. Kepada orang orang yang berjasa untuk kualitas tulisanku; Tuan guru Mohammad Iskandar, tuan guru Asqalani eNeSTe, tuan guru Budhi Setyawan, Tuan guru Jisa Afta.
Share:

Sabtu, 21 Agustus 2021

Ultah Kepul Pertama

Event ultah kepul 1

Assalamualaikum
Salam sejahtera untuk kita semua

Untuk menyambut ulang tahun pertama grup tercinta kita KEPUL, saya mengadakan event cipta puisi dengan tema TRADISI INDONESIA, hal-hal yang diangkat bisa adat istiadat, acara tradisi, keunikan budaya dll
Pengumpulan puisi tanggal 04-22 November 2020
Pengumuman pemenang tanggal 25 November 2020
Apresiasi untuk pemenang adalah: 
Juara 1: uang tunai + buku + e-sertifikat
Juara 2: uang tunai + buku + e-sertifikat
Juara 3: uang tunai + buku + e-sertifikat

Ayo serbuuuuu
Event ini diadakan untuk melatih imajinasi anggota KEPUL dan mempererat persaudaraan


*Dikirim ke grup dengan menyertakan hashtag #UltahPertamaKEPUL*


Assalamualaikum
Salam sejahtera untuk kita semua

Saya mewakili para juri dan seluruh panitia event ultah pertama KEPUL mengucapkan rasa terimakasih dan kebanggaan atas partisipasi seluruh peserta yang mengirimkan puisi untuk perhelatan tersebut. Pada event ini kami menentukan satu tema yaitu TRADISI INDONESIA dan berhasil menjaring banyak puisi dengan nuansa yang beragam. Dengan segala kerendahan hati kami putuskan 3 puisi terbaik yang memperoleh apresiasi adalah:

Juara 1: puisi berjudul Ritual Ma'badong karya Pusvi Defi

Juara 2: puisi berjudul Sendang Shidukun karya Bambang Widiatmoko

Juara 3: puisi berjudul Tedhak Siten untuk Anakku karya Ika Yulitaningsih

Bagi ketiga pemenang, silahkan konfirmasi nomor rekening, nama dan alamat lengkap beserta nomor HP untuk pengiriman hadiah, konfirmasi ke nomor WA saya di 082328519750

Buat yang belum beruntung mohon jangan berkecil hati, silahkan mengikuti event KEPUL selanjutnya yang insyaAllah dilaksanakan bulan Maret 2021

Kami seluruh juri dan panitia event cipta puisi ultah pertama KEPUL mengucapkan banyak terimakasih dan memohon maaf jika masih banyak kekurangan

Salam puisi sehati

Wassalamu'alaikum
Salam sejahtera untuk kita semua

Ruang kata
08 Desember 2020

🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟

Berikut puisi para pemenang

❤️
*Ritual Ma'badong*

       _Pusvi Defi_




Di langit Toraja 
Segala pita menghitam rupa, 
Tika _Pong Lalondong_ menjemput _Ambe_ saat arunika
bak asap dupa 
meriak di tubuhnya yang membara. 

_Oh, pecah sudah rudita Indo, puang matua_

Kini, di rumah duka, 
Di ruang Banua, pada pendar cahaya jiwa 
Ibu masih menyeka bulir air mata.
Menyulam hati dengan doa yang lesat ke puncak tirta. 

Doa selembut daun bidara 
Yang mencumbu arwah damai 
Ambe menuju surga. 


Sementara, di hadapan kepul tungku
Telah terpanggang _mantunu_, yang sudah terendam andaliman,  garam 
dan setakar sayuran dengan rempah menguarkan aroma jantan. 
Sebagai santapan bagi tamu yang tandang 
dan tandasnya akan piutang. 


Kini di malam yang murung 
dengan sebilah bambu panjang, 
ratusan _Tedong Bonga_ tersungguhkan. 

mayat yang dibungkus dalam kain helaian 
dari benang emas dan perak pada peti mati
Telah tersimpan rapi  
di bawah tongkonan. 

bagai batu lempungan penuh duka yang panjang 
tambur  leluhur mengeras, kaki-kaki telanjang, 
menari. para pemuda memuncak gairah 
menuntun arwah memasuki rante semesta.


Pada hari itu; hari yang memanjat abu debu
menelan duka yang paling membiru. 

Keheningan mengambang di udara, 
sayup suling dan ratap pecah sanak saudara 
mengantarkan ambe menuju Puya
Menuju kedamaian purba. 



_Catatan kaki_ : 

*Ma'badong* : Adalah menyanyikan lagu sepanjang malam untuk menghormati orang yang sudah meninggal dunia. 

*Pong Lalondong* : Dewa Kematian
*Ambe* : Ayah
*Indo* : Ibu 
*Puang Matua* : Tuhan 
*Mantunu* : Kerbau penyembelihan
*Tedong Bonga*: Sesajen


*Pekanbaru, 2020*


#UltahPertamaKepul

❤️❤️
Bambang Widiatmoko

SENDANG SIDHUKUN

Aku selalu diingatkan untuk datang kembali
Pada malam 1 suro di desa Traji
Bersama ribuan orang dan pedagang
Seirama gamelan dan pagelaran wayang
Dalam dekapan dingin kabut   gunung Sindoro.

Entah kekuatan apa seolah menyihir desa ini
Memancarkan air berlimpah dari  sendang sidhukun
Kepercayaan turun temurun terbilang abad
Tanpa sekat agama, tanpa perlu perdebatan
Terus mengalir begitu saja seperti udara.

Berbagai sesaji dengan ikhlas tersaji
Beberapa gunungan dan angsung bulu bekti
Tepat tengah malam sepasang lurah pengantin diiringi
Menuju sendang sidhukun melabuh bekti
Menyebar udik-udik agar rejeki selalu mencukupi.

Di desa Traji, tak perlu mencari jati diri
Sebab manunggaling kawulo lan Gusti
Sudah berabad-menjadi napas kami
Mengalir seperti air dari mataair
Membasahi sawah ladang, membasahi sanubari.

Bekasi, 4 Desember 2020
#UltahPertamaKepul

❤️❤️❤️
*Tedhak Siten untuk Anakku*
Oleh: Ruangyu Litatya

Bangunlah, Nak
Bayi kecilku dengan kerut di dagu
Matahari telah menumbuhkanmu dalam keemasan waktu
Mari kita _sungkeman_ agar sumbusumbu restu berguguran dari eyangmu

Ini tangga tebu, nak
Panjatan pertama untuk kaulalui dengan _antebing kalbu_
Dunia menantimu dalam tujuh rupa jadah warna
Pekat lantas cemerlang
Segala perkara hilang, berangsur cerlang selayak bintang

Semestamu sejauh _kurungan_ bambu dengan bermacam kail pemancing nasi
Cincin, pensil, uang, buku, kapas, dan cermin

Tentukan watakmu dengan penokohan _ringgit_
Ini bukan lelaku, anakku
Ini tradisi _Tedhak Siten_ untuk kauwarisi
Sebar koin, kuning beras itu untuk  berderma 
Karena hidup sepatutnya berirama

Mari mandi nak, 
Ini air _pitu_ sumber dengan khasiat super
Kelak _pitulungan_ akan mengairimu selalu

Dan jangan kaulupa bercengkrama dengan sebayamu
Kau bukan peri sendiri di negeri bidadari
Ada lain peri, kurcaci, bahkan tujuh bidadari yang patut kautemani

Lumajang, 5 Desember 2020
Share:

Sejarah KEPUL

Sejarah KEPUL

Komunitas kepul didirikan tanggal 24 November 2019 oleh penyair Demak Mohammad Iskandar. Komunitas ini awalnya didirikan sesuai namanya kelas puisi alit, adalah sebuah komunitas untuk mempelajari dan memperdalam puisi-puisi kecil yang unik dan imut antara lain; pantun, karmina, dan haiku. Walau pun di sela sela itu beliau juga membahas tentang puisi bebas. 

Group ini awal digagas bersama Wardah, Ika Marwah, Yulida Amizir, Pusvi Defi, Essy Fbrianti

Slogan Kepul _*Berpuisi dengan Gembira_*

Kelas Puisi Alit (Kepul) adalah komunitas daring belajar sastra bersama. Mari kita bikin hidup lebih asik dan bermanfaat dengan nulis apa saja yang kita suka! Yuk, berkarya lewat kata-kata!

Berikut Jadwal Kepul yang Baru:

Malam Senin: Karmina dan Pantun
Malam Selasa:  Haiku
Malam Rabu: Bedah Puisi
Malam Kamis: Sonian
Malam Jumat:  Belajar Cerpen
Malam Sabtu: Puisi Bebas 
Malam Minggu: Baca Puisi, Belajar Essai, Cerita Anak (tiap Minggu berbeda)
Share:

Rabu, 02 Juni 2021

cernak Riami, yang muat kedaulatan Rakyat

Puasa Pertama Kiki
Oleh: Riami

Kiki anak ganteng berhidung mancung, masih duduk di kelas tiga SD, umurnya sembilan tahun. Mendengarkan pengumuman di tempat mengaji bahwa besok mulai tarawih dan puasa sangat senang. "Kak katanya besok mulai puasa." Suaranya lantang memberitahukan kepada kakaknya yang sedang duduk di ruang tamu saat itu.
Sore hari di ruang tamu. Kiki menceritakan kepada ibunya, "Bu kata bu guru senang dengan datangnya bulan Ramadan itu berpahala." Ibu tersenyum mendengar cerita Kiki. Sore yang gerimis ini membuat hati ibu bahagia, memiliki anak yang bisa memahami agama. Selanjutnya ibu meberitahu bahwa kita tidak cukup dengan senang tetapi kita juga harus menjalankan perintah-Nya yaitu puasa.
Tahun lalu Kiki berpuasa setengah hari. Setelah salat Zuhur Kiki berbuka, lalu berpuasa lagi. Itu semua untuk latihan. Sedangkan tahun ini Kiki akan berpuasa sehari penuh. Adakah tantangan yang berat untuk belajar berpuasa sehari tahun ini. Jangankan Kiki yang masih kecil kadang orang dewasa pun susah mengalahkan godaan dan menguatkan keimanan serta kemauan.
Tibalah waktu saur, biasanya Kiki bangun setengah lima untuk solat subuh saja. Tetapi kali ini dia harus bangun setengah empat untuk saur. Ibu sudah menyiapkan menu kesukaan Kiki. Rawon labu putih, telur dadar dan tahu krispi. Wajahnya tampak semangat saat saur. Dihabiskan satu piring kecil pagi itu dan segelas susu hangat.
Matahari mulai meninggi,  jam sepuluh pagi. Agak panas sedikit cuacanya. Tukang roti lewat di depan rumah dengan bunyi bel yang menggoda. Tet tot tet tot dan lagu tentang roti terdengar menggoda. Suara itu menggoda Kiki yang biasanya membeli roti. Dan kesukaannya adalah rasa coklat. Wajah Kiki memerah, sambil berteriak, "Buk bolehkah Kiki beli roti?". Ibu tersenyum dan menjawab Kiki, "Boleh asal makannya nanti sore."
Kiki mengangguk. Dibawanya roti yang dibelikan ibu ke kamar. Disimpannya di atas meja belajar. Rasa ingin tampak di wajahnya tapi ia menahannya demi bisa berpuasa sehari. "Ini tantangan, yang harus kita lalui. Inilah ujian, supaya kita bisa merasakan bagaimana anak-anak lain kadang ingin roti tapi tak bisa beli. Kasihan kan?" Celetuk kak Farro dari dalam rumah. "Iya kak Kiki harus belajar menahan ingin, supaya bisa puasa sampai sore," jawab Kiki penuh semangat.
Hari semakin siang. Tenggorokan Kiki terasa kering. "Mari berwudu untuk salat Zuhur ya. Agar kita mendapat pertolongan untuk kuat berpuasa sehari," seru ibu. Kiki dan Farro mengikuti ibu untuk salat Zuhur. "Setelah salat kalian boleh belajar sebentar satu jam saja ya dikerjakan tugas sekolah bila lelah dilanjut nanti sore sebelum buka. Kita malam tarawih dan membaca Alquran. Kiki boleh membaca surat surat pendek saja yang sudah bisa," ibu menyampaikan kepada Kiki. Kiki masih tampak kuat. Meski sesekali ia memegangi roti yang dibelinya. Tapi ia tetap bertekad untuk puasa sehari penuh.
Hari menjelang asar. Ibu mulai menuju dapur untuk memasak. Bumbu bumbu disiapkan. Kali ini Kiki minta buka dengan nasi goreng. Yang lain ibu juga memasak pepes pedas dan sayur daun kelor. Selesai memasak pepes dan sayur kelor, ibu menyiapkan masih goreng pesanan Kiki. Ibu menurutinya agar Kiki bahagia saat puasa. Disiapkan sosis, telur dan bumbu. Nasi satu piring kecil seukuran Kiki.
Pukul lima sore aroma nasi goreng menguar hingga ruang tamu. Kiki menelan ludah. "Wah enak sekali bau nasi gorengnya Bu?" seru Kiki dari ruang keluarga sedang menonton TV. "Bolehkah aku mencium nasinya? Biar aromanya masuk? Aku ingin sekali!"  Kata Kiki merajuk.
"Wah kalau sengaja tak boleh. Kamu sedang puasa. Jika tak sengaja membau itu ya tidak apa-apa. Kan kita memang harus siapkan menu buka. Kamu harus sabar buka puasa sebentar lagi. Saat berbuka pun kita tak boleh senang yang berlebihan. Kita harus pelan-pelan dan bersyukur bisa puasa ya." Ibu menyiapkan makanan untuk berbuka di meja makan. Kiki melihat nasi goreng di piring. Rasa ingin sekali lagi ditahannya. Belajar sejak kecil untuk memahami aturan agama dan merasakan peduli untuk orang lain. Agar kelak ketika dewasa menjadi orang yang taat beragama juga memiliki rasa simpati kepada orang lain.
Bedug magrib tiba. Suara azan di musala terdengar Sampai rumah. Kiki dan keluarga berbuka. Puasa pertama Kiki sukses. Semoga puasa berikutnya sukses juga ya. Usai berbuka salat magrib di rumah. Kiki kecil yang pintar. Setelah berbuka Kiki dan Farro berangkat ke musala untuk persiapan tarawih.



















Tentang Penulis
Riami, tinggal di Malang. Pernah menulis di Malang Post, , penulis buku "Catatan Harian Belajar di Bukit  Nuris", "Pelangi Kerinduan", " Kisah Romansa di Negeri Awan", "Serpihan-serpihan Kisah Kita", Dua Mata Haiku, bersama Mohamad Iskandar, Sajak Biru, dan Harmoni Tiga Penjuru Bersama Mohamad Ikandar dan Ani Herinia.   Aktif menulis di kompasiana.com, aktif di Group Sahabat Guru Super Indonesia, Competer, Kepul (Kelas Puisi Alit), Ruang Kata, dan Group Puisi Bekasi, juara 2 Anugerah Competer Idonesia tahun 2021.  Mengajar di SMPN 2 Pakisaji Kab. Malang. Instagram: Riami7482, Face book: Ria Mi, Blog kepenulisan pribadi: http://riaminuris.blogspot.co.id, 
No. WA: 085100054846
Share:

Senin, 26 April 2021

Yuk Menulis Puisi

Bismillahirrohmanirohiim
Assalaamualaikum Warohmatullohi wabarokaatuh

Yuk Menulis Puisi

Untuk menulis puisi biasakan berlatih dengan kata / kalimat biasa lalu tulis lagi dalam bentuk kalimat puitis dan imajinatif.

Misal:
Sedih(Kata biasa)

Perih
Luka
Awan
Meradang
(pilihan kata yang puitis dan imajinatif)

Aku rindu( kalimat biasa atau tidak puitis dan imajinatif)

Aku mengukir senyummu
Teringat akan tawamu yang renyah
Masih di relung hatiku lesung pipimu yang indah
(Kalimat yang puitis dan imajinatif)

Aku menyayangimu
(Kalimat biasa / tidak puitis dan imajinatif

Napasku tetap ingin menjagamu sampai senja berakhir.
Aku ingin menjadi bulan yang menyimpan sinarmu sebagai matahariku
(Kalimat imajinatif dan puitis)

Selamat mencoba
Anggaplah apa saja bisa berkomunikasi denganmu melalui indra, lalu tulislah
Maka akan menjadi puitis insyaallah tidak depresi karena kau telah ceritakan kepada alam dengan cara yang puitis maka alam akan menyentuhmu dengan kasih

Mengapa kita perlu belajar puisi?

 Banyak orang yang sedih tapi tidak bisa menuangkan dalam kalimat bijak tapi malah frustasi
Menulis puisi adalah salah solusi baik di sela sibuk maupun apa saja

Contoh:

Yang Tak Terabadikan

Aku ucapkan terimakasih pada-Mu Tuhan, untuk segala hal yang Kau buat aku lupa, juga tak terabadikan.

Sebab subuh ini baru aku sadar, bahwa malam yang terlewatkan adalah hal yang berbahaya buatku

Bukit Nuris, 2020
 ~ Riami ~

Materi disampaikan dalam kegiatan Ekstra menulis Bahasa Indonesia oleh Riami, di kelas menulis online SMPN 2 Pakisaji.

(Riami, 21 Agustus 2020)

_Selamat Beraktifitas semoga bahagia dan berkah serta yang sekelumit ini bermanfaat_🙏🙏🙏

Tentang Penulis
Riami, tinggal di Malang. Pernah menulis di Malang Post, , penulis buku "Catatan Harian Belajar di Bukit  Nuris", "Pelangi Kerinduan", " Kisah Romansa di Negeri Awan", "Serpihan-serpihan Kisah Kita", “Dua Mata Haiku”, bersama Mohamad Iskandar, “Sajak Biru”, dan “Harmoni Tiga Penjuru Bersama Mohamad Ikandar dan Ani Herinia”.   Aktif menulis di kompasiana.com, aktif di Group Sahabat Guru Super Indonesia, Competer, Kepul (Kelas Puisi Alit), Ruang Kata, dan Group Puisi Bekasi, juara 2 Anugerah Competer Idonesia tahun 2021.  Mengajar di SMPN 2 Pakisaji Kab. Malang. Instagram: Riami7482, Face book: Ria Mi, Blog kepenulisan pribadi: http://riaminuris.blogspot.co.id, 
No. WA: 085100054846

Share:

Sabtu, 24 April 2021

Puisi Kehilangan


*Kehilangan*
*_: Radhar Panca Dahana_*
Oleh: Riami

Aku kehilangan dirimu
Aku kehilangan jarimu yang rela mengukir apa saja demi kebaikan dunia dari sisi yang banyak orang tak paham

Tapi, aku tak kehilangan semangatmu yang menyala di seluruh sudut negeri dalam batin puisi
Kau wariskan kepadaku sebuah sajak mengolah sunyi dalam diri

Katamu, "pikiran tak perlu istirahat"
Seperti kau selalu menguliti kata dalam puisi
Dan kisah-kisah yang tak henti kau papar dalam dekap waktu
Bang, meski dengan ngilu aku harus belajar tabah dari ginjalmu
Sepuluh tahun dalam nyeri tapi bibirmu selalu kau latih tidak mengucap keluh

Kau rajut sunyi bersama rangkaian kata
Aku kehilangan tubuhmu, lalu aku menemukan makna di balik suratan kata, dalam lembar-lembar berita. Yang mengisahkan kegigihanmu

Usiamu telah ditutup, menuju perjalanan abadi
Dan sunyimu jadi tempat menyepi membaca diri

Bukit Nuris, April 2021

Tentang Penulis
Riami, tinggal di Malang. Pernah menulis di Malang Post, , penulis buku "Catatan Harian Belajar di Bukit  Nuris", "Pelangi Kerinduan", " Kisah Romansa di Negeri Awan", "Serpihan-serpihan Kisah Kita", “Dua Mata Haiku”, bersama Mohamad Iskandar, “Sajak Biru”, dan “Harmoni Tiga Penjuru Bersama Mohamad Ikandar dan Ani Herinia”.   Aktif menulis di kompasiana.com, aktif di Group Sahabat Guru Super Indonesia, Competer, Kepul (Kelas Puisi Alit), Ruang Kata, dan Group Puisi Bekasi, juara 2 Anugerah Competer Idonesia tahun 2021.  Mengajar di SMPN 2 Pakisaji Kab. Malang. Instagram: Riami7482, Face book: Ria Mi, Blog kepenulisan pribadi: http://riaminuris.blogspot.co.id, 
No. WA: 085100054846


Share:

Kamis, 15 April 2021

Puisi Riami yang dilagukan oleh Aan Nawi

Tentang Matahari

Oleh: Riami

Tentang matahari aku tak perlu ragu
Meski kau sedang bersembunyi di balik kabut
Aku yakin panasmu akan selalu menembus gumpalan awan

Lalu kau akan datang menemuiku hingga senja
Malam, di mana itu sebenarnya kau tetap berjaga untuk seluruh jagat, mengitari waktu

Besok pagi kau kembali
Membawakan aku kehangatan pada kulitku yang mulai menggigil
Oh matahariku, teruslah hangatkan dunia

Bukit Nuris, 2021


https://youtu.be/IqGlczQXhHY

Share:

Advertisement

BTemplates.com

Elegant Themes

Advertisement

Popular Posts