Blog kepenulisan

Kamis, 22 Oktober 2020

Pengantar Buku "Harmoni Tiga Penjuru"

Penulis puisi adalah seorang yang berdaya merangkai kata, menggali makna dari kedalaman kasih-Nya. Penulis puisi adalah pemilik jalan sunyi yang sering memaknai keheningan diri dan Tuhan dalam tiap rekaan tulisan. Buku Harmoni Tiga Penjuru ini menjadi saksi keberadaan penulis puisi, puisi-puisi pendek yang tercipta dari berbagai tema dan nuansa terangkai indah sebagai cara mengasihi semesta, keberadaannya semoga menjadi salah satu monumen sastra. Buku puisi yang berisi 90 karya dari tiga penulis beda kota ini menyimpan kekayaan batin dalam berbagai warna, harmoni kehidupan yang tertata jadi cerita.

Ada banyak puisi cantik dalam buku ini, saya ambil beberapa karya sebagai contoh:

Malaikat Kecilku
_Rizki_

Engkaulah malaikat yang dikirim Tuhan
Mengarungi rimba kehidupan, tak segampang syair yang dinyanyikan burung Prisk di pucuk pohon bunga Sabrust

Dalam dendang lagu kehidupan, kita pernah nyanyikan lagu jangan pernah berhenti
Lalu kau ulangi lagi reff yang seharusnya sudah selesai
Katamu ini untuk senyum kita

Bukit Nuris, 25 September 2020
~ Riami ~

Puisi ini mencerminkan rasa kasih antar manusia, gaya bahasa yang indah menjadi keistimewaanya
Puisi yang diciptakan oleh Riami ini membawa pembaca ke satu ruang khusus dimana keterikatan rasa antar manusia menjadi gema. 
Saya bawa juga satu puisi lain karya Ani berikut ini:

Secangkir Teh

dinginnya pagi
di balkon secangkir teh menanti
resapan hangat merasuk tubuh
membawa aroma kebahagiaan

Bangil, 23 September 2020

Puisi di atas menceritakan suasana pagi dengan bahasa sederhana tetapi mengena, kebiasaan kecil masyarakat nusantara yang membuka jendela pagi dengan secangkir teh atau secangkir kopi adalah ritual yang patut diapresiasi

            

Pengungkapan yang sederhana dan dekat dengan kehidupan rakyat kecil saya masukkan dalam puisi berjudul:

Menaiki Becak

        _Mbah Dhar_

di tubuh bongkok
tercatat ruang doa
api di jiwa
menyalakan hasrat gembira

Pandean, 23 September 2020

Puisi ini terinspirasi dari kisah hidup seorang tua bernama Mbah Dhar yang sekian tahun mencari nafkah dengan menjadi penarik becak di kota metropolitan Surabaya, tubuhny yang bongkok disebabkan karena sering tidur di atas becak, meski begitu beliau selalu gembira merayakan ikhtiar hidup dalam doa. 
Ada pepatah mengatakan "PUISI PUNYA NASIBNYA SENDIRI" begitu juga puisi-puisi pendek dalam Harmoni Tiga Penjuru ini punya nasibnya sendiri dalam persepsi pembaca. Semoga menambah ramai khasanah kesusastraan nusantara raya dan menjadi bacaan asyik di segala suasana
Tentu saja ada kelebihan dan kekurangan dalam setiap karya cipta, kami meminta maaf jika masih banyak kekurangan dalam buku ini.

Selamat membaca dan bergembira

Demak, 04 Oktober 2020
Mohamad Iskandar
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Advertisement

BTemplates.com

Elegant Themes

Advertisement

Popular Posts