Ajaran Religius Kasih Sayang kepada Ibu
dalam Kitab Semilir Nazam Tak Berdahak karya Jisa Afta
Masih Resensi dari isi oleh Riami
Bagaimana kata sujudku wahai ibu dalam puisi sang Ibu menunjukkan bahwa
setelah Tuhan adalah seorang ibu yang harus diagungkan dalam setiap
detak jantung manusia yang memiliki ibu. Dalam suka maupun duka ibu
adalah segala yang mampu menghilangkan duka atau dahak. Digambarkan oleh
Jisa Afta
bahwa kehilangan ibu karena telah dipanggil malaikat atau telah kembali
kepada Tuhan telah membuat hidup seseorang itu sepi meski siang hari.
Kalau siangnya saja sepi bagaimana malamnya tentu itu bukti bahwa ibu
merupakan wanita yang dinanti hadirnya oleh siapa saja yang mengharap
hadirnya ibu.
Dan ketika ibu tidak ada maka biasanya seorang anak
akan menyesal karena setelah tidak ada ibu hanya kepada dahan dia bisa
melepaskan segala yang dirasa tanpa rahasia seperti pada ibunya.
Di
sini juga ada pesan tersirat bahwa ibu dibuatkan catatan khusus dalam
kitab semilir. Menurut pemahamanku sangat indah bahwa kelembutan ibu
akan senantiasa dikenang oleh anak anaknya.
Maka ajaran untuk senantiasa hormat dan mengenang jasa baik ibu secara religius ada dan sangat kental.
Karena itu buku ini sangat cocok dibaca oleh anak anak remaja mulai smp
sampai perguruan tinggi atau siapa saja yang ingin memepelajari
bagaimana bersikap terhadap ibu lewat sastra. Tentu ini sebuah ajaran
yang lembut juga karena tidak ada satu kata pun dalam puisi ini yang
bernada menggurui atau memerintah. Selamat membaca dan menelusuri kitab
semilir.
*Ria*
0 komentar:
Posting Komentar